Minggu, 16 April 2023
Minggu, 09 April 2023
Akhlak ( Ciri Orang Munafik ) Materi Pesantren Kilat di SDN Kesunean 1
Assalamu'alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.
Anak-anaku yang bapak cintai dan bapak banggakan, sebelum mulai pembelajaran ada sedikit pantun nih......
Pergi
berbelanja ke pasar Saking
besarnya jadi kesasar Jika ingin
menjadi pintar Tentulah
harus rajin belajar. |
Tebing
tinggi di atas gunung Merapi
hati-hati bila sedang mendaki Hidup
ini tak bisa diulang Mari
kita mulai saja acara ini |
Teks Hadits
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,
bahwasannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
آيَةُ
الْمُنَافِقِ ثَلَاث إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَ إِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَ إِذَا
اؤْتُمِنَ خَانَ
“Tanda orang munafik itu tiga apabila ia berucap berdusta, jika
membuat janji berdusta, dan jika dipercayai mengkhianati” (HR Al-Bukhari, Kitab Iman, Bab Tanda-tanda Orang Munafik,
no. 33 dan Muslim, Kitab Iman, Bab Penjelasan Sifat-Sifat Orang Munafik, no.
59).
Menurut riwayat lain,
وِ
إِنْ صَامَ وَ صَلَّى وَ زَعَمَ أَنُّه مُسْلِمٍ
“Dan apabila ia mengerjakan puasa dan shalat, ia menyangka bahwa
dirinya seorang muslim” (HR
Muslim, Kitab Iman, Bab Penjelasan Sifat-Sifat Orang Munafik, no. 59).
Penjelasan Hadits
Nifak atau pelakunya disebut munafik merupakan salah satu
penyakit yang sangat berbahaya. Jika tidak ditangani sesegera mungkin akan
mengakibatkan penderitanya binasa. Penyakit ini adalah penyakit yang amat
menjijikkan dan mengakibatkan penyimpangan
yang amat buruk. Seorang mulim sejati tentu sangat mewaspadai penyakit akut
ini, hanya saja terkadang ia tidak menyadari bahwa ternyata ia telah terjangkit
penyakit ini, terutama nifak yang bersifat lahiriah.
Apa itu nifak? Sebagaimana yang dikatakan Ibnu Katsir, nifak
adalah menampakkan kebaikan dan menyembunyikan keburukan. Sementara itu, Ibnu
Juraij mengatakan, “Orang munafik ialah orang yang omongannya menyelisihi
tindak-tanduknya, batinnya menyelisihi lahiriahnya, tempat masuknya menyelisihi
tempat keluarnya, dan kehadirannya menyelisihi ketidakadaannya” (‘Umdah At-Tafsir I/78).
Awal Kemunculan Orang-Orang
Munafik
Dalam sejarah Islam, sifat munafik baru muncul setelah
hijrah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dari
Makkah ke Madinah, tepatnya setelah peristiwa perang Badar. Saat itu di Makkah
belum dijumpai orang-orang munafik. Yang ada justru sebaliknya, yaitu ada
sejumlah orang yang menampakkan kekufuran karena acaman-ancaman yang menghujam
namun sejatinya pada sanubarinya mukmin.
Seperti yang telah diketahui bersama, bahwa ketika di Makkah
orang-orang mukmin masih terbilang sedikit, sementara orang-orang kafir
mendominasi, sehingga seakan kaum mukmin nampak lemah. Situasi ini berubah
drastis ketika Allah mengizinkan kaum mukmin berhijrah dari kampung halaman
mereka di Makkah menuju Madinah yang saat itu sudah banyak pula orang yang
memeluk agama Islam berkat –setelah taufiq Allah- delegasi-delegasi yang Nabi
utus ke Madinah sebelumnya, seperti Mush’ab bin ‘Umair, untuk mendakwahkan
Islam. Di kota inilah orang-orang beriman mulai nampak jaya dan berwibawa di
mata seluruh dunia serta dipertimbangkan keberadaanya. Di masa ini pun belum
ada orang-orang munafik.
Kejayaan ini semakin nampak jelas setelah peristiwa perang
Badar antara orang-orang beriman melawan orang-orang kafir yang dimenangkan
orang-orang beriman. Dengan demikian, Allah benar-benar meninggikan syiar Islam
dan pemeluknya. Mulai saat itulah orang-orang kafir berpura-pura memeluk Islam,
padahal hati mereka menyembunyikan kekufuran. Inilah yang disebut orang-orang
munafik.
Tentang mereka, Allah berfirman (yang artinya), “Apabila mereka menjumpai orang-orang mukmin, mereka berkata,
‘Kami telah beriman.’ Namun jika mereka menyendiri beserta
dedengkot-dedengkotnya, mereka berkata, ‘Sesungguhnya kami di pihak kalian.
Hanya saja kami hendak mengolok-olok kaum mukmin.’ Allah akan mengolok-olok
mereka dan menelantarkan mereka dalam kedurhakaan, sedangkan mereka dalam
keadaan bimbang” (QS: 2: 14-15).
“Apabila orang-orang munafik mendatangimu (Muhammad), mereka akan
berkata, ‘Kami bersaksi bahwa sesungguhnya engkaulah utusan Allah.’ Dan Allah
mengetahui bahwa engkau adalah utusan Allah. Dan Allah bersaksi bahwa
orang-orang munafik itu pendusta” (QS:
60: 1).
Kemunafikan ini semakin menjadi-jadi setelah masa berlalu.
Bahkan Imam Malik pernah berkata, “Nifaq di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam itu zindiq di masa
kita sekarang” (Dalil Al-Falihin II/494).
Dalam Kitab At-Tauhid hlm.
20, Syaikh Shalih Al-Fauzan mengatakan, “Orang-orang munafik itu akan terus ada
sepanjang masa. Apalagi tatkala kekuatan Islam nampak dan mereka benar-benar
tidak bisa mengalahkannya. Saat itulah mereka memeluk Islam dengan tujuan
memasang makar buat Islam dan orang-orang Islam dalam hati mereka.”
Apa yang dikatakan Syaikh Shalih di atas memang benar-benar
terjadi. Berapa banyak kita jumpai manusia yang mengaku dirinya muslim namun
gerak-geriknya selalu mendukung langkah pihak-pihak kafir.
Pernyataan-pernyataannya selalu menguntungkan orang-orang kafir dan menyakiti
hati kaum muslimin.
Macam-Macam Nifak
Ketahuilah, bahwa nifak itu ada dua macam, yaitu nifak kecil
dan nifak besar. Nifak kecil ialah
berperilaku sebagaimana perilaku orang-orang munafik, seperti yang tersebut
dalam hadits di atas, dengan tetap ada iman dalam hati. Nifak jenis ini tidak
menyebabkan pelakunya keluar dari agama, namun termasuk sarana menuju
kekufuran. Jika perilaku-perilaku tersebut terus ia lakukan, tidak menutup
kemungkinan ia akan terjerembab dalam kemunafikan. Wal’yadzubillah.
Dalam hadits di atas, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan
tiga sifat nifak, yaitu suka berdusta
dalam berucap, ingkar janji, dan berkhianat padahal sudah diberi kepercayaan.
Salah satu sifat di atas yang kiranya mendesak kita kupas
–meski yang lain juga penting- ialah sifat khianat yang merupakan lawan
daripada amanah yang dewasa ini banyak diterlantarkan.
Orang munafik jika diberi amanah harta akan
menyelewengkannya, padahal Allah berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Allah memerintah kalian agar mengembalikan amanah
pada pemiliknya” (QS: 4: 58).
Amanah di sini mencakup banyak artian yang semuanya harus
dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab, tidak malah bertindak khianat. Di
antara amanah yang Allah bebankan pada seluruh hamba-Nya yaitu senantiasa
menjalankan agama ini. Allah berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Kami telah tawarkan amanah kepada langit, bumi, dan
gunung namun semuanya enggan menerimanya dan takut darinya. Namun manusialah
yang justeru memikulnya. Sesungguhnya manusia itu banyak bertindak aniaya dan
jahil” (QS: 33: 72).
Di antara bentuk amanah lain ialah jabatan yang bersifat
politik, dari mulai pejabat RT, kepada desa, bupati, hingga kepresidenan. Mereka bertanggungjawab melaksanakan amanah
yang besar ini tanpa diperkenankan menyelwengkannya. Jika ada dana yang
seharusnya disalurkan untuk kepentingan masyarakat, maka tidak selayaknya
dialihkan untuk kepentingan pribadi. Kemudian setelah tercium tidak-tanduknya,
mulai mengeluarkan jurus andalan, lempar batu sembunyi tangan. Saling
menyalahkan dan saling mengancam akan memongkar rahasia kejahatan masing-masing
orang yang turut serta bersamanya.
Pejabat pemerintahan juga bertanggungjawab atas keamanan dan
kemaslahatan masyarakat serta sejumlah tanggungjawab lainnya yang tidak bisa
diremehkan. Seorang pejabat itu mestinya bertindak sebagai pelayan masyrakat,
bukan malah merasa sebagai orang besar yang harus dihormati. Oleh karena itu,
memegang tambuk kepemimpinan itu tidak mudah apalagi di negera besar seperti
Indonesia. Tentu mengurus negara ini tidak semudah mengurus rumah tangga. Jika
para pejabat tidak menunaikan amanah dengan baik padahal sudah dipercayai
rakyat, bagaimana jika kelak di hari kiamat para pejabat itu dituntut oleh
rakyat yang dahulu mempercayakan amanah pada mereka. Celakalah ia.
Jika orang yang menerima amanah tersebut adalah seorang
mukmin yang betul-betul komitmen dengan keimanannya, tentu tindakan-tindakan
rendahan semisal penyelewengan dana dan korupsi tidak akan pernah terjadi.
Sebab, semakin kita dapati ada orang yang selalu menunaikan kewajiban dengan
sempurna, maka berarti orang tersebut memiliki iman yang kuat. Sebaliknya, jika
ada orang sembrono berbuat khianat, maka ketahuilah bahwa imannya sedang dalam
bahaya. Minimal, imanya lemah. Jika ada orang yang merasa tubuhnya lemas saja
segera mencari solusi agar dapat menguatkan stamina tubuhnya, tentu iman pun
harus diperhatikan lebih ketat lagi jangan sampai loyo. Jika sampai lobet, maka
kebinasaanlah baginya.
Selanjutnya
nifak jenis kedua ialah nifak besar atau nifak yang berkaitan dengan keyakinan,
yaitu apabila seseorang menampakkan keimanan dan keislaman namun menyembunyikan
kekufuran dalam hati. Nifak jenis inilah yang ada di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan ayat-ayat
Al-Quran diturunkan mencela dan mengkafirkan mereka serta mengabarkan bahwa
orang yang memiliki sifat ini akan dikembalikan ke dalam kerak api neraka.
Allah beefirman (yang artinya), “Sesungguhnya orang-orang munafik itu akan dicampakkan ke dalam
kerak neraka dan kamu tidak akan melihat mereka memperoleh penolong” (QS:
4: 145).
Nifak ini pun
ada enam macam:
·
Mendustakan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
·
Mendustakan sebagian ajaran yang
dibawa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
·
Membenci Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
·
Membenci sebagian ajaran Nabi
Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam, seperti membenci jenggot,
celana di atas mata kaki, poligami, dan lainnya.
·
Merasa gembira jika melihat agama
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang
dalam kondisi mundur
·
Merasa sempit dada jika melihat
agama Islam jaya. (Lihat Kitab At-Tauhid Syaikh
Shalih Al-Fauzan hlm. 21)
Perbedaan Antara Nifak Besar
dan Nifak Kecil
Antara nifak besar dan nifak kecil terdapat sejumlah
perbedaan, yang paling mencolok ialah nifak besar dapat mengeluarkan pelakunya
dari Islam, sementara nifak kecil tidak.
·
Nifak besar menggugurkan seluruh
amalan pelakunya, sedangkan nifak kecil tidak.
·
Nifak besar berhubungan dengan
perbedaan antara lahir dan batin dalam hal akidah, sedangkan nifak kecil
berkaitan dengan perbedaan antara lahir dan batin dalam masalah perbuatan yang
tidak ada sangkutpautnya dengan akidah.
·
Nifak besar menyebabkan pelakunya
kekal di neraka, sedangkan nifak kecil tidak demikian.
·
Nifak besar tidak akan muncul dari
seorang mukmin, sedangkan nifak kecil terkadang timbul dari orang mukmin.
·
Ghalibnya, orang yang terserang
nifak besar tidak akan bertobat. Kalau toh bertaubat, secara lahiriah
diperselisihkan statusnya, apakah diterima taubatnya atau tidak lantaran
perkara tersebut sulit dibedakan karena pelakunya selalu menampakkan keislaman.
(Lihat: Kitab At-Tauhid hlm. 22 dan Nur Al-Iman wa Zhulumat An-Nifaq hlm. 41)
Menjauhi Sifat Nifak
Melihat bahayanya sifat nifak ini, hendaknya seorang mukmin
berusaha semaksimal mungkin memasang jarak dari sifat nifak, baik nifak besar maupun kecil. Adalah para
shahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
orang-orang shalih sangat mengkhawatirkan terjangkit penyakit hati yang satu
ini. Sampai-sampai Abu Ad-Darda’ setiap habis shalat selalu minta perlindungan
kepada Allah dari sifat nifak. Kebiasaan ini pun membuat orang bertanya pada
beliau, “Ada apa antara engkau dengan nifak?” “Jauhi kami. Demi Allah,
sesungguhnya seseorang bisa saja agamanya berubah dalam sesaat sehingga ia
terlepas darinya,” jawab Abu Ad-Darda’ radhiyallahu ‘anhu.
Huzhaifah bin Al-Yaman adalah seorang pemegang rahasia Nabi.
Beliau pernah diberi tahu nabi nama-nama orang munafik. Oleh sebab itu, karena
Umar bin Al-Khattab amat sangat khawatir terhadap sifat nifak, beliau
memberanikan diri bertanya pada Huzhaifah apakah Nabi mengkategorikannya
sebagai orang munafik, maka Huzhaifah pun menjawab, “Tidak. Setelahmu, aku
tidak mau lagi memberi rekomendasi.”
Dikisahkan bahwa sebagian sahabat biasa berdoa, “Ya Allah,
sesungguhnya hamba memohon perlindungan dari khusyuknya nifak.” Ada yang
bertanya, “Apa yang dimaksud khusyuk nifak?” Jawabnya, “Tubuh yang terlihat
khusyu’ namun ternyata hati tidak.”
Ibnu Abi Malikah pernah mengatakan, “Aku telah menjumpai
tiga puluh sahabat Nabi, seluruhnya takut akan nifak. Tidak ada seorang pun di
antara mereka yang mengatakan, bahwa dirinya memiliki iman seperti imannya
Jibril dan Mikail.
Al-Hasan Al-Bashri mengatakan, “Tidak ada orang merasa aman
dari sifat nifak kecuali orang munafik dan tidak ada orang yang merasa khawatir
terhadapnya kecuali orang mukmin.”
Beberapa Tips Agar Terhindar
dari Sifat Nifak
Agar seorang mukmin dapat terjaga dari sifat nifak ini,
Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid dalam Mufsidat Al-Qalb: An-Nifaq hlm.
47-52 memberikan beberapa tips yang sebaiknya dilakukan:
·
Bersegera melaksanakan shalat jika
waktunya telah tiba dan berusaha mendapatkan takbiratul ihram imam shalat jamaah
di masjid. Hal ini mengingat hadits Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang menunaikan shalat berjama’ah selama 40 dengan
memperoleh takbiratul ihram imam, maka ia akan ditetapkan terbebas dari dua
hal, yakni terbebas dari neraka dan terbebas dari kenifakan” (HR
At-Tirmidzi).
·
Berakhlak baik dan memperdalam
agama. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada dua sifat yang tidak akan pernah tergabung dalam hati orang
munafik: perilaku luhur dan pemahaman dalam agama” (HR
At-Tirmidzi).
·
Bersedekah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sedekah merupakan bukti” (HR Muslim). Bukti di
sini maksudnya bukti akan keimanan. Oleh karena itu, orang munafik tidak suka
bersedekah karena tidak adanya iman yang mendasarinya.
·
Menghidupkan shalat malam. Adalah
Qatadah pernah berkata, “Orang munafik itu sedikit sekali shalat malam.” Hal
tersebut karena orang munafik hanya akan semangat beramal jika ada orang yang
menyaksikannya. Jika tidak ada, maka motifasi untuk beramal shalih pun tiada.
Maka jika ada seorang hamba mendirikan shalat malam, maka itu menjadi bukti
bahwa dalam dirinya tidak ada sifat nifak dan menjadi bukti keimanannya yang
benar.
·
Jihad di jalan Allah, Imam Muslim
menceritakan dari Abu Musa Al-Asy’ari, Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang mati dalam keadaan tidak pernah berperang dan tidak
pernah terbetik dalam dirinya, maka ia mati di atas cabang kemunafikan.” An-Nawawi
menjelaskan, “Maksudnya, siapa yang melakukan hal ini, maka ia dianggap telah
menyerupai orang-orang munafik yang tidak melaksanakan jihad.”
·
Memperbanyak zikir, Ka’b menyatakan,
“Orang yang memperbanyak zikir, akan terlepas dari sifat nifak.” Sedangkan
Ibnul Qayyim menulis, “Sejatinya banyak zikir merupakan jalan aman dari
kemunafikan. Sebab, orang-orang munafik sedikit berzikir. Allah berfirman
tentang orang-orang munafik, ‘Dan mereka tidak berzikir
kecuali sedikit.’ (QS: 3: 142)” Sebagian sahabat pernah
ditanya, “Apakah sekte Khawarij itu munafik?” Maka dijawablah, “Tidak. Orang
munafik itu sedikit berzikir.”
·
Berdoa, Hal ini sebagaimana riwayat
dari Abu Ad-Darda’ di atas.
·
Mencintai sahabat anshar. Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Tanda
keimanan ialah mencintai kaum anshar, sedangkan tanda kemunafikan adalah
membenci kaum anshar” (HR
Al-Bukhari dan Muslim)
·
Sekian materi pembelajaran hari ini, apabila ada salah kata yang di ucapkan itu kesalahan dari pribadi. karena yang benar hanya milik Allah semata.
Pergi berobat lewat Akun
Dukun cilik memetik sukun,
Rajin baca, belajar yang tekun,
Agar nanti tqk mudah Pikun
Wssalamu'alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.
© 2023 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/24989-mewaspadai-sifat-munafik-2.html
Jumat, 07 April 2023
SOAL ULANGAN TEMA 6 KELAS 6
TEMA
6
PPKN
1.
Kewajiban
berasal dari kata wajib yang berarti ....
2.
Menjaga
kebersihan lingkungan merupakan kewajiban ....
3.
Tiap warga
negara berhak memperoleh pendidikan seperti yang dijelaskan pada ....
4.
Peraturan yang
dibuat oleh pemerintah harus kita .....
5.
Belajar dengan
rajin merupakan contoh kewajiban bagi seorang .....
6.
Hak untuk
mendirikan organisasi kemasyarakatan ataupun partai politik merupakan hak warga negara dalam aspek ......
7. Membayar pajak bagi seorang warga negara merupakan sebuah ....
8.
Sebutkan
kewajiban para pelajar sebagai warga negara!
9.
Tulislah
kewajibanmu sebagai pelajar di sekolah!
10. Apa yang harus didahulukan, hak atau kewajiban?
Jelaskan!
BAHASA INDONESIA
1.
Sebuah
paragraf yang kalimat utamanya berada pada awal kalimat disebut paragraf ......
2. Kata
yang penyebutannya sering diulang-ulang dalam sebuah paragraf karena menjadi
pokok bahasan disebut .....................
3.
Letak
kalimat utama pada paragraf campuran berada pada ...........
4. Kalimat
ulama letaknya pada akhir paragraf. Jenis paragraf yang dimaksud adalah
paragraf .......….
5.
Teks
nonfiksi ditulis berdasarkan ..........
6.
Sebuah
kenyataan yang disajikan dalam bentuk tulisan disebut .........
7.
Uraian
yang menggambarkan secara luas kalimat utama dalam sebuah paragraf disebut
.....
8.
Bagaimana cara menemukan gagasan utama pada
paragraf?
9.
Apa yang dimaksud dengan kalimat utama dalam
paragraf?
10.
Apa yang dimaksud dengan paragraf induktif?
IPA
1.
Perubahan fisik seorang laki-laki terjadi pada
masa …......
2.
Menstruasi terjadi pada remaja …....
3.
Masa awal puber remaja laki-laki terjadi pada
usia …...
4.
Seorang anak yang menginjak masa puber memiliki
rasa ingin .......
5.
Kulit seorang remaja perempuan pada masa
pubertas akan menjadi …..
6.
Bagian tubuh perempuan yang akan menjadi lebih
halus ketika masa pubertas adalah ......
7.
Jakun menandakan masa pubertas pada ......
8.
Apa yang dimaksud dengan masa puber?
9.
Apa yang dimaksud dengan perubahan fisik saat
pubertas!
10.
Andi mengalami masa pubertas pada usia 15
tahun, Riana pada usia 13 tahun, sedangkan Tito pada usia 14 tahun. Apa kesimpulan dari permasalahan yang disajikan?
IPS
1. Setelah Proklamasi Kemerdekaan dikumandangkan
oleh Ir. Soekarno maka bangsa Indonesia menjadi negara …....
2.
Salah satu kunci keberhasilan perjuangan
kemerdekaan Indonesia adalah …....
3.
Untuk memperingati Proklamasi Kemerdekaan,
tanggal 17 Agustus diadakan …...
4.
Tujuan para pemuda membawa Bung Karno dan Bung
Hatta ke Rengasdengklok adalah ....
5.
Perasaan rakyat Indonesia ketika mendengar
berita proklamasi adalah ......
6.
Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada
….....
7.
Menggunakan barang buatan pengrajin lokal menunjukkan
sikap …...
8.
Bagaimana upaya pemerintah dalam mewujudkan
kemakmuran bangsa?
9.
Apa saja peran warga negara untuk ikut
mewujudkan kemakmuran bangsa?
10.
Berikan contoh perbuatan-perbuatan yang dapat
merugikan negara !
SBDP
1.
Jarak antara dua nada disebut ......
2.
Dua nada yang dibunyikan secara bersama disebut
.......
3.
Dua nada yang dibunyikan secara bergantian
disebut ........
4.
Langkah ke-3 dalam interval nada disebut
.......
5.
Langkah ke-4 dalam interval nada disebut
.......
6.
Busana dibuat untuk memperjelas ........
7.
Seorang penari mengenakan celana panjang atau pendek
karena tarian yang dibawakan banyak menonjolkan
gerak ............
8.
Bagaimana melodi yang baik dalam sebuah lagu?
9.
Tuliskan urutan penamaan interval nada!
10. Jelaskan pengelompokan interval nada berdasarkan cara memainkannya !